TAFSIR JALALAIN

Rp. 210.000
Judul AsliTafsir Jalalain
PenulisImam Jalaludin Al-Mahalli dan
Imam Jalaluddin As-Suyuthi
ISBN978-602-6579-34-8
CoverHard Cover
Ukuran21 x 29 cm
Tebal604 hal
Berat1700 gr

SINOPSIS

Di Indonesia, Tafsir Jalalain sudah tidak asing bagi pelajar di pondok-pondok pesantren, maupun di majlis-majlis taklim.  Tafsir Jalalain sendiri pada awalnya dinamakan Tafsir Al-Qur’anul Karim. Ketika kemudian menjadi tafsir utuh yang ditulis oleh dua orang (sepasang guru dan murid) bernama Jalal, maka lebih dikenal dengan sebutan Tafsir Jalalain.

Sang guru bernama  Imam Jalaluddin Al-Mahalli lahir di Kairo pada tahun 791 H.  Ia menuliskan tafsir dari surat Al-Kahfi hingga Al-Fatihah. Belum sempat menyelesaikan seluruh surat, beliau sudah dipanggil menghadap Allah Ta’ala, pada tahun 864 H.

Enam tahun setelahnya, oleh sang murid, Imam Jalaluddin As-Suyuthi, penulisan itu disempurnakan dari Al-Baqarah hingga A-Isra’. Imam Jalaluddin As-Suyuthi juga melengkapi kitab ini dengan mukadimah dan penutupnya. As-Suyuthi menyelesaikan itu semua hanya dalam waktu 40 hari saja.

Tafsir Jalalain hanya terdiri dari satu jilid. Jumlah halaman yang tidak terlalu tebal bila dibandingkan kitab-kitab tafsir lainnya. Berisi penjelasan inti dari makna kalimat-kalimat dalam Al-Quran secara ringkas. Karena berupa inti, meski ringkas, tafsir ini mempunyai cakupan makna yang sangat luas.

Metode sekaligus keistimewaan kitab tafsir ini antara lain:

  • Menjelaskan makna-makna dari setiap ayat Al-Qur’an,
  • Bersandar hanya kepada riwayat yang paling kuat,
  • Memberikan catatan tentang kedudukan kalimat yang dibutuhkan,
  • Memberikan penjelasan tentang perbedaan qira’at di tempat-tempat yang terdapat perbedaan berdasarkan qira’at yang terkenal.
  • Menghindarkan dari bertele-tele dalam penjelasan sehingga dalam uraian yang ada benar-benar ungkapan yang dipilih secara cermat dan tepat.

Sama seperti kitab-kitab tafsir lainnya, Tafsir Jalalain juga memuat banyak kisah-kisah Isra’iliyat. Baik di bagian yang ditulis oleh Al-Mahalli, atau yang ditulis oleh As-Suyuthi. Kedua guru-murid ini sama-sama menganut pemahaman Asy’ariyah.

Popularitas Tafsir Jalalain membuat tafsir ini diterbitkan berkali-kali di banyak tempat, sejak dahulu kala. Awal mula penerbitan tafsir ini pada tahun 1280 H, di Kalkuta, India, disusul tahun 1280 H diterbitkan di Bombai. Pada tahun 1297 H mulai diterbitkan oleh beberapa penerbit di Mesir.  Hingga kini, Tafsir Jalalain terus dicetak.

Di Indonesia, Penerbit Ummul Qura merilis terjemahnya dalam bahasa Indonesia pada tahun 2018. Dicetak dalam kemasan dua warna, Tafsir Jalalain terbitan Ummul Qura ini mendapatkan sambutan baik di kalangan penuntut ilmu.

Hingga kini, tercatat sudah 8.000 eksemplar terserap di pasaran, dengan latarbelakang pembaca yang beragam. Mulai dari kalangan pelajar di pondok pesantren, peserta kajian rutin, hingga masyarakat yang ingin menjadikannya sebagai pelengkap koleksi perpustakaannya.

PENULIS

https://www.youtube.com/watch?v=em-JvJ-Dvag

ISI BUKU

Tafsir ayat-ayat Al-Quran

KELEBIHAN DIBANDING PRODUK SEJENIS

  • Diterima dan dipelajari bukan hanya oleh kalangan Syaf’iyyah, tetapi juga pengikut mazhab fikih lainnya.
  • Termasuk katergori tafsir bi ar-ra’yi yang terpuji dan memiliki reputasi internasional.
  • Banyak dipakai sebagai kajian tafsir untuk pemula di kalangan pesantren.
  • Pembedaan warna teks antara terjemahan makna dan penafsiran penulis kitab tersebut.

MENGAPA HARUS MEMILIKI

  1. Dapat mengetahui isi tafsir Al-Quran secara praktis.
  2. Memperkaya khasanah perpustaan di rumah, sekolah, masjid dan instansi lainnya.
  3. Versi Ummul Qura memiliki fitur yang lebih lengkap dibanding lainnya. Seperti asbabun nuzul dan pengantar dari ahli tafsir kontemporer.

Tanya: Apakah dalil dalam kitab ini shahih?

Jawab: Benar. Tafsir Jalalain ditulis berdasarkan riwayat-riwayat yang terkuat. Itulah yang menyebabkan kitab ini dapat diterima oleh ulama’ dari dulu hingga kini.

Tanya: Selain oleh penerbit Ummul Qura, Apakah Tafsir Jalalain juga diterbitkan oleh penerbit lain?

Jawab: Ya, ada. Dari berbagai kitab terbitan penerbit lain itulah, Ummul Qura melakukan berbagai penyempurnaan yang belum ada sebelumnya

Tanya: apakah memegang kitab ini juga harus berwudhu, sebagaimana jika kita hendak memegang mushaf Al-Quran?

Jawab: Tidak. Seorang ulama dari Yaman melakukan penelitian, yang hasilnya: boleh membacanya tanpa berwudhu. Sebab, jumlah kalimat tafsir yang ada di dalamnya lebih banyak daripada ayat-ayat Al-Quran.